Minggu, 26 April 2009

Pengajian Rebonan

asmaMalam itu udara begitu dingin menusuk tulang ku. Kadang tubuh ini menggigil karena terpaan udara bercampur air. Hujan rintik-rintik mengguyur perkampungan Paesan. Pintu-pintu rumah mulai tertutup rapat, walaupun sayup-sayup masih terdengar alunan suara orang ngaji dari balik-balik pintu. Tidak seperti perkampungan lainnya yang setiap rumah wajib ada TV, dan biasanya jam-jam segini mereka masih menikmati acara sinetron. Di Paesan TV masih jarang. Karena doktrin dari dulu TV bagi kalangan Rifaiyah haram, karena banyak madlaratnya dibanding manfaatnya.



Malam yang terasa senyap itu tidak menghanyutkan remaja Paesan. Mereka tetap mengingat bahwa malam ini adalah malam Rabu. Sudah menjadi klangenan bertahun-tahun, kalau setiap malam rabu, pemuda dan remaja Paesan berkumpul di salah satu rumah warga untuk membacakan biografi Kanjeng Nabi Muhammad. Selain itu, juga dibacakan pujian-pujian kepada Nabi SAW dan sebagai acara terakhir adalah Tausiah dari salah seorang Ustadz di kampung kami.


Dari balik-balik keremangan malam, segerombolan pemuda dan remaja berbondong-bondong menuju salah satu rumah yang akan ditempati untuk ritual Rabonan. Gelak tawa terdengar menghiasi perbincangan mereka sepanjang jalan. Ada rasa akrab diantara mereka, yang tak tergantikan oleh apapun. Nuansa akrab ini sudah menjadi hiasan sehari-hari yang kadang ngangeni. Inilah wajah-wajah yang selalu mengingat dan mengharap syafaat Kanjeng Nabi Muhammad. Dengan kita membaca shalawat, tentunya Nabi akan mendengar dan akan membalas doa-doa umatnya. Diantara penyangga keselamatan perkampungan Paesan juga menurutku karena shalawat yang setiap saat dibaca secara berjamaah. Sukma Rasulullah akan selalu hadir mendampingi acara-acara seperti pada malam hari ini.


Saat memasuki rumah Sahibul Hajjat, kita akan bersalaman dengan teman-teman yang sudah hadir duluan satu-persatu. Senyum selalu menjuntai dari wajah-wajah tak berdosa itu. Aku merasakan, bahwa inilah silaturahim yang sesungguhnya, karena kita saling menjalin kasih sayang sesama. Sebagaimana asal kata silaturahim: rahim berasal dari akar kata rahima yang berarti belas kasihan. Juga bisa dikatakan satu kata dengan Rahim dalam pengertian Rahim ibu. Kita semua semasa janin bersemayam di dalam rahim, dalam kasih sayang yang sejati. Maka sebagai manusia yang berasal dari kasih sayang, maka wajar apabila kita saling mengasihi. Dalam malam rabonan ini kita saling mengasihi dan mencintai. Buktinya kita semua mau berkorban tenaga, pikiran, uang untuk hadir dalam setiap malam rabu. Dasar dari cinta adalah pengorbanan. Kalau kita berani susah-susah membuat lelucon untuk membahagiakan hati teman-teman kita, berarti kita dikaruniai kasih sayang oleh Allah.


Pujian-pujian yang dibaca melalui kitab Barzanji mulai dilantunkan dengan cengkok yang empuk. Memang disini banyak teman-teman yang berbakat dalam berbagai bidang. Diantara mereka ada yang sudah menjuarai qiraat dari tingkat Kecamatan sampai Provinsi. Ada yang berbakat membuat lelucon-lelucon, ada yang diberi kelebihan oleh Allah mempunyai mental ndableg. Itu semua adalah kelebihan yang apabila dikelola akan menjadi potensi bagi generasi mendatang.


Menyalami semua orang yang ada di majlis menjadi ritual pembuka kita bergabung dengan jamaah rebonan. Berjabat salam ini juga dilakukan dalam setiap kesempatan. Misalnya pas kita ketemu teman kita, sebagai pembuka biasanya kita bersalaman sambil berujar Wilujeng atau menanyakan kabar kesehatan diri dan keluarganya. Ada nuansa saling memperhatikan dalam salaman. Bersalaman dianjurkan oleh Rasulullah agar kita menatap wajah orang yang disalami, karena kita akan tahu keadaan batin seseorang dengan melihat raut wajahnya. Kalau ia pucat pasi, maka kita akan menanyakan "sampeyan sakit pho, sejak kapan?"  terus akan berlanjut pada perbincangan penyakit, informasi obat, dan cara pengobatannya, dll. Kalau wajahnya sumpringah kita akan menanyakan "wah...bar entuk nomer ke...ketoro ngguya-ngguyu." Atau model canda yang menggoda lainnya. Apa yang akan menjadi bahan perbincangan kita dengan orang yang kita salami, bisa berangkat dari melihat peraupannya.


Selain salam persahabatan, juga kita biasa melihat salaman yang sampai mencium tangan orang yang disalami. Dalam beberapa kasus sampai mencium bolak-balik tangan. Salaman model ini dinamakan salaman ta'dzim. Atau ekspresi salaman yang didasari rasa hormat kepada orang yang disalami. Atau ada nuansa harapan ngalap berkah lewat orang tersebut. Salaman hormat biasa dilakukan oleh santri kepada gurunya, anak kepada orang tuanya; Orang ajam kepada Habaib........bersambung



Oleh : Ahmad Saifullah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar