Minggu, 26 April 2009

Buku Operasional Manusia (BOM)

quanKalau mengoperasikan hand phone (HP) saja butuh buku panduan, buku petunjuk operasional, apalagi menjalankan manusia, tentu lebih rumit buku panduannya. Jamaah Rabonan dengan telaten dalam setiap minggunya membuka buku panduan operasional manusia. Ketika manusia akan beribadah seperti shalat, puasa, jumatan, dll, maka butuh buku petunjuk operasional ibadah yang bernama kitab Riayat al-Himmat yang dikaji setiap malam rabonan.


"Manusia di dunia ini tidak hanya beribadah. Dia juga bermuamalah dan berekspresi dalam setiap harinya" ketua Rabonan Amrullah membuka pembicaraan.


Teman kita Muayis, yang juga alumni Ponpes Baiturrahman Jakarta menyahuti lontaran Aam, -panggilan akrab Amrullah-, "Ya...Am. kita lihat saja kelakuan adik-adik kita. Sekarang ini jamannya sudah berubah, kuwalik walik. Kalau dulu kita ditegur Ustadz, langsung diam menghormat, sekarang malah menyahuti lontaran itu, bahkan meledek. Sudah pada Ketuaan Obong." Lontar teman kita yang selalu bahagia ini. Kemudian ia menyambung lontarannya dengan ide, "Bagaimana kalau pengajiannya juga diisi dengan pengajian akhlak, biar generasi remaja tahu tentang tata krama, sopan santun, dan tahu akhlak yang mahmudah juga madzmumah." Jelasnya dengan mulut tersenyum menganga.


Semua wajah teman-teman seakan ingin mengiyakan pendapatnya Sang Murah Senyum ini. Tetapi mereka hanya terdiam sesaat, kemudian ikut tersenyum. "Baik juga sih...Yis, tapi aku selalu ingat pesan sesepuh-sesepuh untuk mengisi pengajian Rabonan dengan kitab Tarajumah dengan tujuan untuk menghidup-hidupi ajaran Syaikhina KH. Ahmad Rifa'i." jawab Ketua Rabonan, yang juga alumni Pondok Pesantren APIK Kaliwungu Kendal ini. Kemudian mulut Husnik juga gatel ingin urun rembug, "Coba dicari apakah kitab karangan KH. Ahmad Rifa'I ada yang membahas tentang akhlak, atau tidak." Aam menjawab dengan datar, "ada. Yaitu akhlak terpuji (pinuji) dan tercela (cinelo) itu. Truss...macam-macam dosa kufur, gede, dan cilik itu."


"terutama hal-hal yang kaitannya dengan Tasawuf, karena tasawufnya KH. Ahmad Rifa'I itu kan Tasawuf Akhlaki.jadi tasawuf yang berorientasi pada pembangunan akhlak mulia. Dengan menata hati dan cara pandang " Terang Slamet dengan nada semangat. Agaknya dari tadi Slamet seakan ngempet apa yang telah dia angankan dari tadi.


"ya...enaknya gimana, teman-teman."


Jarum jam dinding sudah menunjukkan waktu setengah sebelas malam, pertanda bahwa kita sudah berjam-jam bercengkrama selepas melakukan acara rutin Rabonan. Rabonan malam ini ditempatkan di rumahnya Husnik, depan masjid al-Istiqomah Paesan. Husnik kategori manusia yang selalu menghiasi wajahnya dengan senyuman yang bukan senyum gombal.


Seharian, desa ini diguyur hujan. Langit juga belum begitu cerah. Bintang gemintang hanya sesekali memperlihatkan wajahnya, kemudian ngumpet lagi dibalik deretan awan yang berarak. Awan-awan tebal itu laksana deretan kapas raksasa yang berhamburan di bawah kolong langit. Wan-awan itu ditelan kegelapan malam. Herannya awan ku lihat tak punya roda, apalagi kaki, tetapi jalannya begitu cepat mengikuti arah mata angin meluncur. Hari ini, adalah hari kebahagiaan bagi kita semua, karena masih dipertemukan oleh Allah dalam kebahagiaan, kebersamaan, dan kenikmatan yang bisa direnggut bersama, setelah beberapa di antara kita menderita sakit yang lumayan berhari-hari. Alhamdulillah.


Teman-teman masih saja kelihatan antusias untuk meneruskan perbincangan tentang jamaah rabonan. Sambil sesekali menghisap rokok filter, dan menyeruput segelas teh. Mereka melontarkan ide-ide segar "Lha gimana enaknya, teman-teman? Apakah akan diadakan pengajian yang berkaitan dengan akhlak? Trus.. kitabnya apa? Dan kira-kira siapa pengampunya?" Tegas Aam, yang berujung menanyakan keberadaan Ustadz yang mau meluangkan waktu tiap dua minggu sekali dan mampu mengisi materi yang audiennya terdiri dari remaja.


Teman-teman mulai menawarkan. "bagaimana kalau Ustaz Rozali." Usul Muayiz dengan lantang. Bahkan sampai ada teman kita yang mengabsen satu demi satu, ustaz-ustaz yang masih bersemayam di Paesan, dan mempertimbangkan apakah mereka mau untuk nyemplung dalam alam jamaah Rabonan.


"Kita telah kehilangan banyak Ustadz, karena bersebaran di mana-mana, hijrah ke rumah mertua masing-masing." Sela teman kita yang meriah dalam berbicara, manis dalam senyum, dan memikat dalam ekspresi ini. Siapa lagi kalau bukan Muayiz.


.........bersambung





Oleh, Ahmad Saifullah


1 komentar:

  1. tak terasa kadang sesuatu yang biasa menjadi luar biasa..kalo semua di tangan ahlinya...
    setelah aku membaca isi hati kamu tentang apa yang menjadi harapan teman2 rabonan, aku ingin pulang.....
    menatap wajah mereka yang penuh kedamaian...

    BalasHapus